Unknown

Suatu kali seorang anak bernama Kevin sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Hari itu suasana sungguh meriah karena itu adalah babak final dan hanya 5 orang yang masih bertahan, termasuk Kevin. Sebelum pertandingan dimulai Kevin menundukkan kepala, melipat tangan dan berkomat kamit memanjatkan doa.

Pertandingan dimulai, ternyata mobil balap Kevin yang pertama kali mencapai garis finish. Tentu Kevin girang sekali menjadi juara.

Saat pembagian hadiah, ketua panitia bertanya, “Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang bukan?” 

Kevin menjawab, “Bukan pak, rasanya tidak adil meminta pada Tuhan untuk menolong mengalahkan orang lain. Aku hanya minta pada Tuhan, supaya aku tidak menangis kalau aku kalah.” 

Semua hadirin terdiam mendengar itu. 

Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk tangan yang memenuhi ruangan.

-------

Refleksi Diri :  

Permohonan Kevin ini merupakan doa yang luar biasa. Dia tidak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya, namun ia berdoa agar diberikan kekuatan untuk menghadapi apapun yang terjadi dengan batin yang teguh. 

Seringkali kita berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Kita ingin Tuhan menjadikan kita nomor satu, menjadikan yang terbaik dalam setiap kesempatan. Kita meminta agar Tuhan menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Tidak salah memang, namun bukankah semestinya yang kita butuhkan adalah bimbingan-Nya dan rencana-Nya yang paling sempurna dalam hidup kita? 

Seharusnya kita berdoa minta kekuatan untuk bisa menerima kehendak Tuhan yang sempurna sebagai yang terbaik dalam hidup kita ��

Labels: , 0 comments | edit post
Unknown

Takut. Sebuah kata yang menggambarkan perasaan khawatir kita terhadap suatu hal yang akan atau bahkan harus kita jalani. Yakin deh, semua orang pasti udah pernah ngerasain bagimana kekuatan virus yang satu ini. Virus ini sangatlah mudah menyerang pemikiran manusia, terlebih mereka yang lemah dalam menumbuhkan kekabalan logika. Iya, logika. Mereka hanyalah memikirkan kelemahan atau kejelakan yang mungkin terjadi saja, bukan kemampuan atau kebaikannya. Berbagai fantasi berlebihan selalu bermunculan menjelang "eksekusi".

Ibarat tembok kokoh, mereka hanya melihat 2 bata jelek di antara 100 bata bagus. Mereka belum juga dapat melihat sisi lain yang dapat terpancar dari rangkaian bata tersebut. Mereka dihantui rasa cemas yang membuat mereka tidak dapat berfikir dengan jernih dan sehat. Tanpa kita sadari, tiba-tiba kita menjadi ilmuwan hebat yang dapat menganalisis, hal (tidak penting) sekecil sekalipun.

Aku orangnya penakut, jujur. Bahkan tidak jarang rasa takutku amat sangat berlebihan hingga hal yang tidak penting pun aku permasalahkan. Ada dua pengalaman dekat ini yang amat sangat membanggakan haha.. Oke, mari kita sharing.

Tahun ajaran baru, mahasiswa pun baru. Para mahasiswa aktif sibuk dengan tanggung jawabnya masing. Tetapi tidak dengan aku. Aku hanya bersantai di rumah menikmati liburan. Di sela santaiku, handphoneku berdering, menandakan pesan masuk. Pesan dari seorang kakak angkatan yang mengajakku untuk ikut mendampingi MABA fakultas dalam memperkenalkan organisasi mahasiswa Katolik di universitas kami. Kali ini adalah ajakan ketiga dalam rangkaian acara PPA (ospek). Bukannya senang, aku malah bingung. Bukan bingung memikirkan alasannya mengajakku, melainkan bingung dengan siapa aku akan datang. Jujur rasa ingin serta sudah ada di hatiku sejak awal mereka mengajak. Tapi, ya itu. Teman. Aku butuh teman. Aku terlalu takut untuk menghadapinya sendiri karena aku merasa aku tidak terlalu dekat dengan teman-teman Katolik. Faktor lokasi-lah yang mendukung pertumbuhan rasa tidak dekat itu. Aku sudah mencoba mengajak teman satu jurusan untuk mengajak, tetapi nihil.
Menimbang dan menimbang, akhirnya aku memutuskan untuk menghadirinya. Aku mencoba melawan virus takut yang mencoba menggerogoti otakku. Dengan menempuh perjalanan yang lumayan jauh dan di bawah teriknya matahari, aku dan Mio hitamku membelah kota *aduh lebay banget bahasanya*. Setelah sampai di sana, tadaaa.... Belum ada orang. Sampai akhirnya, aku dapat berkumpul bersama mereka dan berkenalan dengan MABA Katolik yang unyu-unyuuu..
Satu jam berlalu. MABA unyu harus kembali mengikuti kegiatan PPA. Aku pun turut berpamitan. Dan seketika itu, aku menyadari, bahwa aku berhasil meningkatkan kekebalan logikaku dan mampu melihat 98 bata bagus. Aku tersenyum, melangkahkan kaki dengan ringan dan bangga menuju parkiran, dan berkata "Aku berhasil" :)

Masih ada satu cerita lain, tapi kayaknya kok kepanjangan yak. Next time ajadeh yaa haha..
Jadi, Intinya, jangan sampai berbagai ketakutan yang kita ciptakan membatasi diri kita. Situasi berbahaya memang nyata, tetapi ketakutan hanyalah hasil dari pemikiran kita yang berlebihan :)

Unknown
Mungkin Ini Alasan Kamu Nggak Diterima di Perguruan Tinggi Impianmu

:')
Source: nyunyu.com

Unknown
Aku tau semua orang punya kesedihannya sendiri, nggak mungkin enggak. Mungkin bagi mereka yang bilang enggak itu adalah mereka yang mencoba untuk setrong.
Seperti biasa, tiap malem kalo belom bisa bobo aku pasti merenung di kamar. Mereview hal-hal yang sudah aku lewati. Dan kamu tau? Ada satu hal yang sampai saat ini masih "nggerus ati" kalo orang jawa bilang. Ada yang nggak mudeng? Tanya deh sama yang mudeng haha.. Padahal ya, aku udah selalu nyoba buat nerima. Tapi nggak tau kenapa ya, rasanya masih sedih alay gitu. Kayak semacem, kenapa bukan aku? Kenapa aku nggak bisa? Ah pokoknya gitu lah. Nyebelin banget. Aku juga udah nyoba buat berfikir positif, ngelakuin hal-hal sesuai dengan bidang dimana aku berada sekarang. Tapi tu.. tetep aja.... Ya gitu deh.
Kadang kalo lagi doa, bilang gini "Maaf ya Tuhan, Ira masih kayak gini :')"
Labels: 0 comments | edit post
Unknown
Pendidikan merupakan salah satu hal pokok dalam kehidupan individu. Melalui pendidikan, kita dapat membelah cakrawala pengetahuan. Pendidikan juga mengajarkan kita tentang bagaimana kita harus bertindak dalam situasi tertentu.
Di Indonesia, kebanyakan orang tua memandang bahwa pendidikan terpenting dan paling dasar adalah pendidikan di bidang akademik dan hal itu sudah merupakan suatu tradisi turun temurun. Tapi, apa jadinya jika hal yang mereka anggap penting itu malah mereka abaikan? Mereka melepas anak mereka karena berbagai alasan. Jika demikian, kepada siapa anak-anak malang ini harus meminta bantuan? Mungkin bisa bagi sebagian orang dengan kemampuan ekonomi tinggi untuk menyewa guru les privat atau bimbel, tapi bagaimana nasib anak-anak dengan penghasilan orang tua yang pas-pasan? Guru kelas? Perlu diketahui, dengan kurikulum yang baru yakni kurikulum 2013 peran guru di dalam kelas hanyalah sebagai fasilitator, motivator, dan inspirator. Hasil belajar siswa sepenuhnya bergantung pada keaktifan dan tingkat keingin tahuannya.
Baru-baru ini, saya menemui seorang siswa yang merupakan murid dampingan saya dalam pelayanan sosial, namanya Andre. Saya benar-benar terkejut ketika mengetahui masalah mereka. Andre adalah siswa kelas 2 SD. Ketika membimbing mereka dalam belajar bahasa Inggris, teman saya menemukan bahwa Andre ini belum bisa membaca. Ketika diminta untuk membaca sendiri, ia cenderung menolak dan memilih untuk pergi. Ia berpindah pada saya, mungkin berharap tidak diminta membaca. Tapi hal itu tidak mungkin saya lakukan. Saya meminta dia untuk menulis abjad dari A-Z. Tapi apa? Blank. Dia menjawab “Ah susah. Nggak mau ah”. Saya mencoba kembali mengajarkan dengan lagu. Hasilnya? Dia tetap ogah-ogahan. Saya tidak tahu, orang tuanya tidak bisa atau tidak mau mengajarkan. Dan pembibingan untuk anak seperti ini akan memakan waktu yang tidak singkat. Karena banyakmya hal yang perlu dibenahi.
Harapan saya, orang tua hendaknya mendukung anaknya dalam belajar. Jika tidak bisa, dapat mengajak untuk belajar bersama temannya yang memiliki kemampuan lebih. :)